Tentu saja dunia Bitcoin tidak hanya persoalan kemajuan teknologi, Bitcoin dan dunia seni bisa tumbuh dan selaras dalam ruang waktu perjalanannya selama ini. Dunia seni adalah bicara juga sebagai bagian dari peradaban manusia. Dan kata kunci yang tidak bisa dipungkiri atas hal tersebut adalah, bahwa peradaban manusia juga tidak mungkin bisa terlepas dari teknologi dan perkembangannya.
Seni, bisa disebut sebagai hasil segala sesuatu yang dibuat oleh manusia, bukan dari hasil kegiatan alami (Hospera, 1967). Hal itu kemudian membuat dua kategori besar dalam dunia seni antara seni dalam arti luas dan sempit. Dan salah satu obyek seni untuk kategori seni dalam arti yang sempit ini adalah “Fine art”.
Sedangkan seni dalam arti luas, obyek seni itu memainkan peran sesungguhnya sebagai pengalaman manusianya. Menjadi pembeda antara dua kategori itu, bahwa ketika seni mulai dilihat dari sisi guna dan manfaatnya, maka itu bukanlah lagi menjadi sebuah konsep fine art(John Dewey, 1981). Terlepas dari perbedaan dua kategori itu, seni tetaplah mengandung nilai sebagai hasil ciptaan manusia. Hingga Susanne Longer (1964) kemudian memandang seni sebagai cognitive value (punya nilai pengetahuan).
Atas hal tersebut, manusia kemudian menyadari realitas-realitas subyektif mereka sebagai bentuk dari pengalaman-pengalaman induvidual dan perasaannya. Hal itu timbul dalam penghayatan seni yang menjadikannya sebagai sebuah nilai dari karya seni. Perkembangan budaya manusia akan terus berkembang dengan cepat. Satu hal yang pasti, bahwa perkembangan budaya itu cukup besar dipengaruhi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teknologi.
Dunia seni pun mengalami lompatan besar, dan kemudian muncul dengan seni postmodern (Lyotard, 1984). Dimulai ketika transformasi informasi sebagai media komunikasi pun mulai berkembang dengan begitu cepat ketika mesin cetak pertama kali ditemukan di Eropa. Berlanjut kemudian ketika media elektronik juga merevolusi dunia informasi dan cara orang berkomunikasi, dengan berbagai perkembangan teknologi yang ada.
Salah satu contohnya, kita pun telah melihat bagaima perkembangan teknologi ini telah besar mempengaruhi dunia seni fotografi. Karena perkembangan teknologi pula, Gallery One di Cleveland Museum of Art membuat sebuah proyek dengan sebuah layar berukuran besar. Ukuran layar itu lebarnya hingga 40 kaki berisi kurang lebih 3000 gambar lukisan para pelukis besar seperti Pablo Picasso, Auguste Rodin, Viktor Schreckengost, Chuck Close, maupun Giovanni Panini.
Karena perkembangan teknologi itu pula, penikmat seni yang berkunjung di museum tersebut jadi jadi lebih laluasa menikmati karya lukis tersebut, cukup dengan menyentuh layar itu dan ukuran gambarnya pun akan membesar, memberi detail informasi tentang lokasi benda di foto tersebut.
Pada dunia perkembangan teknologi digital, Bitcoin kemudian masuk sebagai manifestasi perkembangan teknologi itu, dan mempengaruhi banyak hal. Bitcoin masuk menjadi sebuah dimensi ruang yang baru, dan akhirnya juga mampu juga sebagai sebuah obyek untuk seni.
Bermula dari orang-orang di komunitasnya yang membuat berbagai macam karya dalam bentuk merchandise, seperti desain untuk kaos-kaos pria dan wanita maupun anak, mug, stiker, wallpaper, lukisan, art street, lagu, rancang fashion, bitcoin fisik berlapis emas atau perak untuk cinderamata, serta berbagai karya kesusastraan yang umumnya lebih banyak masih didominasi dengan tulisan-tulisan ilmiah di berbagai jurnal, dan lain-lain.
Sebagian besar karya-karya seni bertemakan bitcoin ini menyuarakan bahwa bitcoin adalah sebagai salah satu media perlawanan, kebebasan baru atas kesempatan ekonomi yang selama ini telah terenggut hanya dikalangan elit saja atas mata uang.
Mata Uang Dan Kritik Bitcoin Atas Uang Sebagai Latar Belakangnya
Bitcoin muncul sebagai kritik terhadap mata uang Fiat (mata uang kertas), terutama ketika krisis keuangan yang terjadi ditahun 2008. Dengan karakternya yang terdistribusi tanpa ada server terpusat, bitcoin mampu mencapai konsensus bersama menggunakan cabang ilmu kriptografi untuk membangun infrastruktur sistemnya.
Satoshi Nakamoto, nama pseudonim dibalik penggagas bitcoin ini sengaja menyisipkan sebuah pesan dalam block genesis, block pertama bitcoin saat pertama kali bitcoin di rilis. Pada Genesis Block ini, memang ada arbitrary data yang bisa diisi dengan pesan sembarang sebagai isinya. Pada block tersebut, Satoshi mencantumkan pesan, “The Times 03/Jan/2009 Chancellor on brink of second bailout for banks”.
Tentu saja pesan tersebut bisa juga diartikan sebagai sebuah latar belakang, terutama memang mengingat bagaimana sistem kapital mata uang telah banyak menimbulkan kesengsaraan di muka bumi karena berbasis dengan Debt Monetary System. Bitcoin berhasil memecah kebuntuan tersebut, menjadi jalan terang kebebasan ekonomi untuk para penggunanya. Ibaratnya, masyarakat kini telah mempunyai pilihan ekonominya sendiri.
Bitcoin, telah mengubah cara pandang bagaimana orang dapat membantah teoritis tentang mata uang. Ternyata, mata uang bisa diciptakan tanpa oligarki, manipulasi, dan monopoli. Mata uang bisa dibuat dengan lebih transparan, melibatkan seluruh manusia, lebih demokratis, dan, bisa diproduksi oleh semua orang. Semua orang punya kedudukan yang sama dalam produksi mata uang di Bitcoin.
Lebih spesifik cara pandang bitcoin sebagai mata uang ini, tentu tidak terlepas juga dengan berbagai macam pro dan kontra bagaimana teoritis klasik dan kuno cabang ilmu ekonomi melihat karakteristik mata uang menurut versi yang telah diamini selama ini.
Bitcoin: Mata Uang Alternatif dan Seni
Dalam kaitannya antara mata uang dan seni, memang sudah ada semenjak mata uang logam mulai muncul. Seni itu telah terlibat dengan produksi mata uang logam melalui desain-desainnya. Mulai dari relief kura-kura, relief bangunan, wajah tokoh, atau yang lainnya.
Bitcoin memasukkan kritik-kritik atas mata uang tersebut juga melalui karya seni, setidaknya, melalui gambar-gambar yang telah umum dikenal selama ini. Sebagai obyek seni, para pekerja seni yang mengambil tema Bitcoin ini kemudian menawarkan bumbu-bumbu perlawanan atas mata uang tersebut.
Sebagai salah satu media pentransfer nilai, bitcoin memang mau tidak mau bisa dianggap juga sebagai sebuah mata uang alternatif. Bisa digunakan untuk semua jenis transaksi, bahkan untuk transaksi yang berkaitan dengan karya seni sekalipun.
Karya-karya seni yang mengambil tema bitcoin dan dunia cryptocurrency secara umum mengambil berbagai macam cara untuk menarik hubungan sosial kemasyarakatan. Wajar saja, penggunanya yang beragam sebagaian besar juga banyak yang berasal dari libertarian.
Dalam dunia seni yang banyak mengambil tema bitcoin dan cryptocurrency lainnya, telah mempunyai segmentasi sendiri, terutama bagi para pengguna bitcoin dan cryptocurrency secara umum. Salah satu tulisan oleh Scott Reyburn 13 Januari lalu di New York Timesmisalnya, membahas tentang potensi mata uang kripto dalam segmen pasar Seni.
Kenyataanya, bitcoin telah banyak menarik sekian banyak seniman, artis, pencipta lagu, dan lainnya untuk mengapresiasikan ke dalam bentuk karya-karyanya. Seniman-seniman tersebut kemudian menjual karya-karyanya secara online. Seperti halnya Cryptograffiti, Kialara, Btcartgallery, Distributed Gallery, distro kaos online bergambar cryptocurrency, dan masih banyak lainnya di seluruh penjuru dunia.
Tidak sedikit pula, yang telah membuat sebuah event pameran khusus dengan tema-tema kripto. Misalnya saja pada satu event pameran seni yang digelar oleh Mr. Prince dari Distributed Gallery, yang menggagas event Rare Digital Art Festival di New York.
Bahkan, jika dunia gamers di platform android telah banyak diguncang dengan AnggryBird, PokemonGo, maka begitu juga dunia kripto ikut serta mengguncang dengan CryptoKitties. Wikileaks bahkan sempat memposting anekdot dengan menggunakan CryptoKitties tersebut untuk mengkritik Trump.
mau mencoba trading dengan kosisten ? anda bisa mendapatkannya di FXBtrading dengan perdagangan forex dan juga cryptocurrency nya bisa mendapatkan keuntungan tambahan dari market
ReplyDelete