Thursday, November 30, 2017

"Jangan Lihat Bitcoin Sebagai Uang Tapi Emas Digital"


CEO Bitcoin Indonesia

"Jangan Lihat Bitcoin Sebagai Uang Tapi Emas Digital"

sumber: https://tirto.id/jangan-lihat-bitcoin-sebagai-uang-tapi-emas-digital-czXt


Saat awal kemunculannya di Indonesia, Bitcoin tak dapat "restu" BI bahkan hingga saat ini. "...Bitcoin dan virtual currency lainnya bukan merupakan mata uang atau alat pembayaran yang sah di Indonesia."
tirto.id - Awal pekan Agustus, Bitcoin membuat rekor baru: untuk pertama kalinya, harga 1 Bitcoin lebih mahal daripada 1 ons emas. Waktu itu setara 4 ribuan Dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp55-56 juta.

Para pengamat terbelah. Sebagian menganggapnya baik, sebagai sebuah kemajuan, lainnya menganggap tren tersebut tak akan berumur panjang. Nyatanya, hingga kini harga Bitcoin masih melambung—sempat mencapai Rp90 juta.

Angka peminatnya juga ikut tumbuh. Di Indonesia, menurut Bitcoin Indonesia, perusahaan exchanger terbesar di sini, ada sekitar 550 ribu orang yang sudah bergabung berinvestasi. Padahal hanya tercatat sekitar 50 ribuan orang pada 2015.

Bitcoin yang diperkenalkan, 2009 lalu, sebagai alat pembayaran digital global tanpa batas geografi, mulai berdisrupsi menjadi barang komoditas—yang dipakai sebagai aset investasi. Minat yang tumbuh baik itu akhirnya memaksa pemerintah Indonesia, mau tak mau, harus ikut campur mengatur sirkulasinya.

Sebagai mata uang atau alat pembayaran, Bitcoin ditolak. Artinya ia tak sah jika dijadikan alat pembayaran. Namun, peredarannya sama sekali tak dilarang. Selama dijadikan sebagai komoditas, seperti emas.

Bank Indonesia lebih "terbuka" dengan teknologi blockchain, sistem transaksi mata uang kripto yang lahir bersama dengan mata uang Bitcoin, tujuh tahun lalu. Konon teknologi itu dapat merombak sistem perbankan kini yang tersentralisasi jadi desentralisasi—membuatnya jadi lebih aman, murah, cepat, dan transparan.

Bagaimana dengan nasib Bitcoin di Indonesia, kini?


wawancara ber Oscar Darmawan, CEO Bitcoin Indonesia, untuk mengupas gejala disrupsi fungsi Bitcoin. Pria 31 tahun itu sudah mengenal teknologi blockchain dan Bitcoin sejak 2012 lalu, ketika diperkenalkan temannya.

“Saya awalnya skeptis. Tapi coba ingin mengerti, coba mendalami. (Hasilnya) saya terkesima,” kata Oscar.

“Ternyata ada sebuah teknologi peer to peer money, bagaimana sebuah digital aset bisa berjalan sendiri tanpa pihak ketiga,” kata Oscar.

Di kantornya, di Epicentrum Walk Office, Jakarta, Oscar menerima jurnalis Tirto, Aulia Adam dan Terry Muthahhari. Ia mengupas bagaimana disrupsi yang dialami Bitcoin, dan gelap-terang pasarnya di Indonesia.


Bank Indonesia menolak Bitcoin, tapi mau mengadopsi teknologi blockchain. Apa tanggapan Anda?

Saya kira statement-nya Bank Indonesia sudah betul, sudah benar. Cuma ada kesalahpahaman saja di media dan masyarakat. Jadi yang dikatakan Bank Indonesia itu bahwa Bank Indonesia tidak menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran. Itu yang ditolak. Di Indonesia kita harus paham, dolar AS untuk pembayaran adalah ilegal, sama seperti Bitcoin. Yang legal itu cuma rupiah.

Jadi, statement Bank Indonesia itu memperjelas, transaksi di Indonesia itu semua harus dalam rupiah. Bukan Bitcoin yang ditolak. Jadi penggunaan Bitcoin untuk dimiliki, dijual, atau menganggap Bitcoin seperti emas, itu enggak masalah di Indonesia. Bahkan dolar AS yang kuat, dianggap ilegal untuk alat pembayaran.

Apakah statement itu mengganggu pasar Bitcoin?

Kalau kita lihat pasar Indonesia enggak mengganggu. Di pasar Indonesia ini hampir enggak ada yang menggunakan Bitcoin untuk pembayaran. Di luar negeri, seperti di AS, Microsoft menerima pembayaran dengan Bitcoin. Wikipedia, semua menerima. Namun, penggunaan Bitcoin paling banyak itu bukan untuk alat pembayaran, melainkan untuk saving asset class.

Apa itu? Saving asset class adalah sebuah klasifikasi aset, di mana orang menggunakannya untuk menyimpan kekayaan, yang tidak terhubung dengan naik-turunnya performa ekonomi suatu negara, contohnya, emas. Kenapa emas? karena harga emas itu enggak berpengaruh pada performa ekonomi suatu negara. Jadi orang itu ada anggapan kalau Bitcoin dan emas itu ada kesamaan.

Kalau diibaratkan sebagai emas, bagaimana pembentukan harga Bitcoin?

Kita harus tahu pembentukan harga Bitcoin. Pembentukan harganya berdasarkan demand dan supply. Ketika ada demand dan supply baru terbentuk suatu harga. Artinya kalau demand-nya bertambah, harganya naik. Demand-nya berkurang, harganya turun. Jadi, kalau ada perusahaan yang menawarkan keuntungan pasti 20 persen per bulan, itu kita perlu hati-hati. Jadi kalau sudah ada yang bisa menebak secara pasti, itu kan sudah masuk ranahnya perusahaan investasi.

Bagaimana mekanisme jual-beli Bitcoin di perusahaan Anda?

Mekanisme Bitcoin.co.id adalah mempertemukan pembeli dan penjual. Jadi orang yang mau membeli Bitcoin, dia tentukan sendiri harga belinya berapa? Yang dia mau. Kemudian orang yang mau jual, tentukan sendiri harga jualnya. Nanti orang yang jual dan beli menentukan sendiri harga, sehingga terbentuklah harga tengah. Sehingga harga Bitcoin tercetak, antara pembeli dan penjual, sama seperti saham.

Apakah ada perusahaan sejenis Bitcoin Indonesia? 

Cukup banyak. Sudah tumbuh banyak. Tapi cuma kita yang tercatat dengan pengguna terbanyak.

Apakah di luar 550 ribu itu ada pengguna lain? Apa ada lembaga yang meghitung jumlah aslinya?

Biasanya kalau pemain Bitcoin main di tempat lain, mereka itu udah daftar di tempat kita dulu. Agar dikira ada kaitannya dengan Bitcoin—bagian dari marketing. Makanya pilih nama Bitcoin. Ini sama seperti Anda jual tiket pesawat, tapi nama tempat jualannya tiket.com.

Berarti di setiap negara beda-beda?

Bisa beda-beda sedikit. Jadi di Jepang, di Korea, di Indonesia harganya bisa beda-beda. Tetapi biasanya harganya beda enggak banyak. Kenapa? Karena kalau harganya beda sampai banyak, di Indonesia lebih murah dari di Jepang, yang terjadi orang di Jepang beli Bitcoin di Indonesia kemudian dibawa ke Jepang untuk dijual. Karena ini semua berdasarkan internet.

Sempat ada istilah Bitcoin Bubble, dan Bitcoin diramalkan tidak akan bertahan sebagai alat pembayaran. Menurut Anda?

Itu ramalan yang baik. Soalnya sekarang Bitcoin memang diidentikkan sama dengan emas. Emas itu kan jadi banyak fungsinya karena orang senang dengan emas. Orang senang beli emas, sama seperti saham, dan properti, maupun komoditas. Saya pikir bubble itu terjadi di semua komoditas, tak cuma Bitcoin. Cuma kalau dibilang bubble sekarang rasanya masih belum, karena bubble itu terjadi saat semua orang sudah beli dan tiba-tiba tidak ada kemampuan harga untuk naik, itu baru disebut bubble.

Persoalan bubble jadi kata yang menarik, kenapa? Kita bicara emas, orang jarang bilang emas itu bubble, padahal kadang harganya turun, kenapa? Karena emas adalah suatu barang bubble yang secara permanen naik terus-menerus sampai orang tidak menyebutnya sebagai bubble. Namun, kalau Bitcoin, karena ini produk baru, baru berumur 9 tahun, orang bilang bubble.

Pertanyaannya, apakah Bitcoin ini harganya tinggi karena permintaannya sangat tinggi, saya kira benar. Bitcoin permintaannya memang sangat tinggi, sehingga harganya naik sangat besar. Namun, apakah ini bubble yang bakal pecah dalam waktu singkat? Saya juga enggak tahu.

Apakah munculnya mata uang kripto lainnya seperti Etherum, Ripple, Dash, dan sebagainya berpengaruh pada Bitcoin?

Yang menarik begini, kalau kita melihat coinmarketcap, sekarang market-nya sudah bernilai 200 miliar dolar AS. Kalau dibilang munculnya koin-koin itu bikin turun Bitcoin, enggak juga, karena secara marketnilainya naik terus.

Kenapa demikian?

Karena yang pakai Bitcoin itu masih sedikit sekali. Yang pakai itu masih orang-orang awal. Sama kayak emas, zaman dahulu emas itu diawali dengan isu bubble. Waktu semua orang dahulu berburu tambang emas di Amerika. Sampai sekarang emas masih laku.

Semua cryptocurrency (mata uang kripto) ini berlomba menciptakan teknologinya sendiri-sendiri. Bagaimana Bitcoin sudah saya ceritakan. Bagaimana Etherum? Lebih menarik lagi. Kalau di Bitcoin, cuma currency-nya yang bisa pindah, yang dilakukan Etherum tidak demikian. Selain Etherum yang pindah, orang bisa bikin sistem di atas pengguna. Sehingga sosial media tanpa server. Makanya Ethereum didukung sama Microsoft.

Soal Ripple konsepnya lebih luar biasa—ia menciptakan sistem yang bisa swift tanpa switch. Membuat sebuah sistem yang terhubung di seluruh dunia. Sehingga Ripple didukung oleh Google. Teknologi mana yang lebih baik? Saya sendiri enggak tahu mana yang lebih baik. Tergantung market yang memutuskan.

Bagaimana dengan Monero? Kabarnya biasa digunakan para peretas?

Monero menarik sekali. Monero memang salah satu perkembangan blockchain untuk anonim. Monero memang bisa dimanfaatkan pelaku kejahatan. Saat kita bicara Bitcoin, itu adalah transaksi yang jauh dari itu. Kalau kita bicara Monero, kita bicara sebuah breach yang tidak bisa dilacak, sama seperti uang tunai.

Nama perusahaan kita sebenarnya Bitcoin, tapi yang dijual ada banyak coin-coin lain juga. Kita tidak terhubung dengan sistem pembayaran Bitcoin. Jadi ini yang harus diingat. Masyarakat itu masih banyak yang enggak mengerti, jadi dikira perusahaan kita itu perusahaan pembayaran atau perusahaan investasi. Padahal kita ini seperti Bukalapak, kita ini seperti Tokopedia.

Kita ini mempertemukan penjual dan pembeli, karena tanpa kita, Bitcoin itu jauh lebih berbahaya. Dengan kita transaksi lebih aman, karena tanpa kita, transaksi Bitcoin itu orang ke orang. Namun, dengan adanya perusahaan seperti kami, kami membantu supaya transaksi Bitcoin jauh lebih sesuai dengan aturan setempatnya.

OJK sempat menutup 14 perusahaan akhir Oktober kemarin. Empat di antaranya perusahaan mata uang kripto, seperti Dunia Coin Digital. Apa tanggapan Anda?

Saya sangat setuju sekali. Saya sangat setuju dengan OJK, karena yang harus kita ketahui, semua yang ditutup OJK kemarin itu adalah perusahaan-perusahaan yang menawarkan investasi bodong. Jadi kalau Anda lihat website-nya, mereka menawarkan keuntungan dalam sehari-dua hari naik berapa persen. Sebulan atau dua bulan naik berapa persen.

Itu kan sudah investasi bodong. Padahal, kalau kita lihat Bitcoin, Litecoin, Etherium atau apa pun, itu enggak ada yang tahu harganya bisa naik atau turun. Perusahaan kami kan mempertemukan pembeli dan penjual Indonesia. Kami tidak pernah memberikan pandangan ini bakal naik atau turun, karena kami pribadi juga enggak tahu.


Apakah Anda melakukan komunikasi khusus dengan Bank Indonesia soal Bitcoin?

Saya kira Bank Indonesia sudah cukup paham. Di Indonesia orang-orang Bank Indonesia adalah orang-orang terpintar di Indonesia dalam hal ekonomi dan teknologi. Mereka sangat memahami bagaimana teknologi Bitcoin dan Blockchain. Makanya statement dari mereka selalu benar, dan saya mendukung sekali. Mereka kan cuma bilang enggak boleh untuk pembayaran. Bisa kita lihat di aturannya, bahwa Bank Indonesia tidak melarang penggunaan Bitcoin. Kalau penggunaannya itu enggak apa-apa, kecuali dibuat untuk pembayaran.

Jadi umumnya orang Indonesia memakai Bitcoin untuk apa?

Untuk investasi kalau sekarang dan menyimpan kekayaannya. Kalau ada orang yang beli emas kenapa? Karena dia bisa aja suka menyimpan emas atau mau bikin pesawat ruang angkasa, karena emas itu salah satu bahan yang tahan panas.

Orang Indonesia beli emas kenapa? Karena mereka percaya kalau menyimpan emas punya masa depan yang baik. Makanya kalau bicara Bitcoin, jangan bicara Bitcoin dalam skala mata uang. Karena kalau bicara Bitcoin dalam konteks mata uang, nanti pola pikir kita akan terbatas, pola pikir kita akan susah kalau memikirkan Bitcoin sebagai mata uang.

Nanti akan muncul pikiran, lalu siapa bagian negara yang bertanggung jawab? Lalu siapa bank sentral yang bertanggung jawab? Lalu inflasinya bagaimana? Lalu aturannya bagaimana? Itu kalau kita memikirkannya sebagai mata uang. Sekarang kalau Anda bayangkan Bitcoin sebagai emas digital. Semua pertanyaan itu akan hilang. Bitcoin.co.id selalu menganggap Bitcoin sebagai komoditas. Sejak wawancara pertama kali 2013, saya selalu bilang Bitcoin itu adalah emas digital.


Adakah celah untuk menggunakan Bitcoin sebagai upaya menghindarkan diri dari pajak?

Bisa. Tentu saja bisa. Namun ketika pengguna melakukan transaksi, misalnya Oscar mentransfer ke Adam, tentu Adam akan tahu nomor rekening saya. Namun, karena ini digital, semua jejak digitalnya terekam. Kita bisa mengecek seluruh transaksi orang tersebut.

Jadi bisa dibilang menaruh kekayaan di Bitcoin tidak rahasia? 

Kita bisa lihat di sini (blockexplorer.com) [Oscar membuka situs blockexplorer]. Di sini bisa kelihatan, dia bisa transaksi dari sini ke sini, sebelumnya dia dapat dana dari sini. Bahkan saldonya kita bisa lihat. Jika Anda melakukan transaksi lewat Bitcoin, itu ada jejak digital. Dan kita mesti tahu pola pikir orang jahat—orang kriminal—adalah sebisa mungkin jangan pernah meninggalkan jejak digital.

Kalau Anda tidak ingin meninggalkan jejak, saya menyarankan untuk menggunakan berlian, karena saat menggunakan berlian seukuran dompet misalnya, mungkin harganya triliun juta. Alasannya setiap butir bisa puluhan juta rupiah. Berlian saat berpindah, dari saya ke Adam, tidak ada yang bisa melihat, dan tidak ada yang bisa membuktikan. Benar, enggak?

Jadi kalau ada asumsi yang berpikir sistem ini tidak aman adalah salah?

Menurut saya enggak salah, karena ini masih percobaan. Jadi kita mesti tahu, bahwa ini masih percobaan. Jadi, apakah ini 100 persen aman? Saya pribadi juga enggak tahu. Namun, sampai saat ini, transaksi Bitcoin teruji salah satu transaksi yang paling aman. Buktinya, dengan mengetahui nomor rekening seseorang, kita tetap enggak bisa membobol isinya.


Apa saja yag diperlukan untuk bikin akun?

Daftar online. KTP, foto diri, sama kita mau membuktikan apakah nomor ponselnya valid atau tidak.

Kenapa butuh data diri?

Karena kita ingin semua pemain teridentifikasi. Mencegah tindak kejahatan. Jadi kita bikin aturan untuk mencegah money laundering tanpa pemerintah minta. Jadi kita menerapkan ekosistem Bitcoin di Indonesia yang bersih.

Apa ada jaminan data itu aman?

Ya disimpan di server kita saja. Biar nanti suatu waktu, siapa tahu pemerintah membutuhkan. 



Blockchain, Teknologi yang Awalnya Membuat Takut Bank


Di awal kemunculannya, Blockchain ditakuti perbankan dan instansi keuangan lainnya. Kini, ia lebih dipertimbangkan sebagai kawan daripada lawan.
 Di era digital, komunikasi terjadi sangat praktis. Manusia tak perlu lagi menunggu berhari-hari untuk mendapat balasan surat elektronik (surel). Selain surel, telepon, video call, pesan singkat, gambar-gambar, video, semuanya dapat terkirim langsung dari A ke B tanpa perbedaan waktu sama sekali, tak peduli jarak di antara keduanya. Hal ini terjadi karena kecanggihan teknologi yang tak hanya memangkas waktu tapi juga perantara komunikasi—seperti kantor pos—yang kini rasanya sudah tidak lagi relevan.

Kini, kantor pos kini lebih berfungsi sebagai penyedia jasa antar-barang, ketimbang perantara layanan surat. Perkembangan serupa juga terjadi di dunia jasa keuangan. Untuk bisa melakukan transfer dari A ke B, seseorang membutuhkan institusi keuangan, seperti bank sebagai perantara. Namun di luar itu ada Blockchain sebagai sebuah alternatif lain.

Lahir pada 2009 lalu, teknologi Blockchain diciptakan untuk merombak skema sirkulasi tersebut. Lewatnya, transaksi antara A dan B bisa terjadi tanpa perantara, dalam waktu lebih singkat, biaya lebih murah, dan bahkan jauh lebih aman ketimbang transaksi yang ditawarkan bank atau institusi serupa lainnya.

Bagaimana bisa?

Blockchain sederhananya adalah basis data global online—yang bisa dipakai siapa saja di seluruh dunia yang terkoneksi internet. Tak seperti basis data lain yang biasanya dimiliki oleh institusi tertentu seperti bank atau pemerintah, Blockchain justru bukan milik siapa-siapa. Membuatnya lebih transparan karena bisa diakses oleh siapa saja.

Seperti buku kas induk di bank yang mencatat semua transaksi nasabah, Blockchain juga mencatat semua transaksi yang dilakukan penggunanya. Hanya saja, jika buku kas induk cuma boleh dilihat dan dicek oleh pihak berwenang di bank, maka semua transaksi lewat Blockchain bisa dilihat oleh semua penggunanya. Sebab gudang informasi Blockchain tersimpan permanen di seluruh jaringan penggunanya, karena informasi yang dikumpulkan juga didistribusikan ke semua orang.

Lalu bagaimana caranya data sekumpulan orang—yang tak diawasi institusi pihak ketiga—bisa jadi tempat lebih aman? Kuncinya, adalah jumlah pengguna Blockchain. Semakin banyak penggunanya, justru semakin sulit diretas.

Transaksi yang terjadi akan dicatat oleh komputer para pengguna sekaligus diumumkan untuk diverifikasi. Catatan transaksi itu lalu dikombinasikan dengan catatan-catatan transaksi lain, lantas diikat—atau dirantai—sesuai kronologi. Rekaman transaksi itu yang kemudian disebut blok—block. Dan rentetan blok itu yang disebut Blockchain.

Tom Chitty dari CNBC, menganalogikan Blockchain seperti “Google Document raksasa”. “Seperti Google Doc raksasa dengan satu kunci yang berbeda. Anda bisa melihatnya, dan menambahkannya (catatan transaksi), tapi tak bisa mengubah informasi yang sudah ada di sana. Blockchain melakukan itu dengan hitung-hitungan matematika bernama kriptografi. Yang membuat rekaman itu tak bisa ditiru dan diubah oleh orang lain,” jelas Chitty.

Teknologi ini lahir dan dikembangkan bersamaan dengan munculnya Bitcoin, sebagai mata uang digital. Pada 2009 silam, sosok misterius—entah itu sendirian atau berkelompok—yang menamai dirinya Satoshi Nakamoto memperkenalkan mata uang Bitcoin sebagai alternatif alat pembayaran masa kini. Dalam makalah itu, ia juga menjelaskan teknologi Blockchain yang jadi penopang penerapan Bitcoin dengan istilah stempel waktu (timestamp).

Baca juga: Tenaga Si Duit Maya
Dengan sistem basis data terbuka dan terdesentralisasi ini, Blockchain tak cuma memungkinkan untuk melakukan transaksi uang jadi lebih aman, cepat, dan murah. Rekaman digital yang disimpannya permanen membuat Blockchain juga bisa jadi alat transaksi berharga lainnya, seperti: investasi properti, perhiasan, barang dan jasa lainnya, bahkan perhitungan suara Pemilu.

Chitty mencontohkan seorang petani yang punya lahan kecil kehilangan sertifikat tanahnya karena banjir, “membuat sang petani tak punya bukti kepemilikan tanah itu,” kata Chitty. Karena kehilangan tersebut, sang petani punya kemungkinan besar untuk diusir dari tanahnya sendiri dan mengalami kerugian fatal. Bahkan, jika sertifikat itu ia simpan di bank atau instansi terkait, bisa saja tak diakui karena sang petani tak punya bukti konkret kepemilikan tanah.

“Jika si petani memasukkan data aktenya itu ke dalam Blockchain, dia bisa menghindari semua masalah di atas,” ungkap Chitty.

Kemudahan-kemudahan yang diberikan Blockchain ini rupanya bukan kabar gembira bagi semua pihak. Dari mata konsumen, alur transaksi yang mudah, cepat, murah, dan transparan tentu saja sebuah keuntungan. Namun, di awal kemunculannya, eksistensi Blockchain dapat cibiran dan pandangan sebelah mata oleh pemain perbankan. Wajar saja, karena perbankan adalah salah satu contoh pihak ketiga yang coba dipangkas oleh kemudahan-kemudahan Blockchain.

Biaya transfer uang ke luar negeri lewat bank yang mahal dan makan waktu lama, adalah contoh transaksi yang bisa digantikan Blockchain dengan mudah dan murah. 

"Tentu saja, jika kau menjalankan sebuah bank besar di AS, kebanyakan dari kalian mungkin takut pada Bitcoin dan Blockchain," kata Rainer Michael Preiss, seorang konsultan kesejahteraan dari Taurus Wealth Advisor

Menurutnya, salah satu ketakutan itu muncul karena kebanyakan sistem bank sekarang tidak lebih transparan dari yang bisa ditampilkan oleh Blockchain.


ehadirannya saat ini mungkin masih samar-samar dampaknya seperti kehadiran internet pada awal 1990-an. Tak banyak orang yang paham dan tertarik menelaah dan mempelajarinya. Namun, penolakan itu tak berlangsung lama. Banyak orang termasuk para pemain perbankan sadar potensi besar Blockchain. Bagi mereka yang tertarik, teknologi ini tentu saja bisa jadi peluang besar.

Salah satu bank yang telah menerapkan Blockchain pada sistemnya adalah Royal Bank of Canada (RBC). Dalam 6 bulan terakhir, mereka mengembangkan sistem distributed ledger technology (DLT) yang berbasis teknologi Blockchain yang diberi nama Hyperledger. Penerapan itu sudah dilakukan dalam transaksi finansial cabang mereka di Amerika Serikat dan Kanada. Artinya teknologi ini bila dipakai oleh bank konvensional lainnya, bisa jadi akan memakai nama yang berbeda dengan konsep tetap sama karena dikembangkan berbasis open source.

Vice President RBC, seperti dikutip dari Reuters, menyebut penerapan sistem ini dilakukan karena kesadaran bank mereka pada potensi teknologi ini. Selain itu, Blockchain juga terbukti mempercepat transaksi pembayaran, mengurangi kompleksitas transaksi terutama di bagian back office, sekaligus menekan biaya.
Menurut Deloitte blockchain survey 2017 sebuah perusahaan konsultan finansial, 28 persen dari 308 senior eksekutif di perusahaan-perusahaan AS yang pendapatan usaha per tahun lebih dari 500 juta, menginvestasikan 5 juta dolar atau lebih pada teknologi Blockchain. Angka ini berarti tingkat kepercayaan yang cukup tinggi, bahkan 10 persen menginvestasikan lebih dari 10 juta dolar.

Di Timur Tengah, Bahrain bahkan berencana jadi negara pertama yang menerapkan teknologi Blockchain dalam sistem keuangannya. Hal ini tak terlepas dari potensi teknologi tersebut yang dianggap tak bisa dihindari dari kecanggihan masa depan.

Sementara di Asia Tenggara, Singapura adalah negara terdepan yang terbuka dengan teknologi tersebut. Sementara negara lain, termasuk Indonesia barangkali masih menimbang-nimbang—kalau tidak sedang mengkaji—baik-buruk teknologi ini. Sebelum Blockchain naik daun seperti sekarang, Bitcoin memang sempat melekat dengan Blockchain karena kemunculannya yang bersamaan dan jadi sarana transaksi mata uang virtual itu. Pada 2014, di Indonesia Bitcoin sempat menjadi isu yang ramai dibahas hingga membuat Bank Indonesia (BI) memberikan pernyataan resmi.

"Bank Indonesia menyatakan bahwa Bitcoin dan virtual currency lainnya bukan merupakan mata uang atau alat pembayaran yang sah di Indonesia," jelas BI saat itu.

Setelah teknologi Blockchain tak lagi melekat pada transaksi Bitcoin, karena dapat dipakai untuk banyak hal termasuk perbankan. Salah satu dampak besar yang akan dihadapi perbankan ketika Blockchain benar-benar diadaptasi penuh oleh banyak bank, adalah disrupsi di sejumlah pekerjaan, terutama di bagian back office

"Bank sadar kalau Blockchain menantang model bisnis mereka yang masih tradisional," kata Senior Assosiate di Norton Rose Fullbright Johanessburg, Nerushka Bowan.

Menurutnya, fungsi bank dalam hal perantara pertukaran dana menjadi tak diperlukan lagi ketika Blockchain muncul dan berkembang. Itu sebabnya hal tersebut perlu diperhatikan para regulator di seluruh dunia, yang menurut Bowan masih meraba-raba teknologi Blockchain karena belum terlalu paham. 



The Fed Mau Bikin Mata Uang Virtual Pesaing Bitcoin Cs


The Fed Mau Bikin Mata Uang Virtual Pesaing Bitcoin Cs



Nilai tukar bitcoin terus membumbung tinggi. Awal tahun, mata uang virtual ini masih berada di kisaran US$ 900 namun akhir November bitcoin sudah tembus US$ 10.000 per keping atau sekitar Rp 135.000.000 (pada kurs Rp 13.500/US$).

Hal itu mendorong The Federal Reserve untuk memiliki produk mata uang virtual untuk kepentingannya sendiri.

Presiden dan CEO Federal Reserve Bank of New York William Dudley dalam sebuah konferensi mengungkapkan, Fed sedang mempelajari dan mengeksplorasi ide pembuatan mata uang digital.


Mengutip CNBC, setiap produk yang dikaji berpotensi memiliki nilai yang tinggi di masa depan. Namun ide ini dinilai terlalu cepat jika memperkirakan kapan kajian dan eksplorasi akan selesai dilakukan.

Namun Dudley menjelaskan, bitcoin merupakan aktifitas spekulatif sehingga tidak cocok dijadikan sebagai tempat penyimpanan yang stabil. Sebagai penjabat bank, bitcoin memang memiliki pergerakan harga yang sangat cepat.

Dia bukanlah pejabat Fed pertama yang berkutat dengan popularitas mata uang virtual ini. Sebelumnya Presiden Fed Philadephia Patrick Harker dalam sambutannya di sebuah konferensi menyebutkan jika dia ragu bitcoin bisa merusak nilai dolar AS, utamanya karena ia tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah.

"Kita menyebut kertas yang ada di saku sebagai uang, karena kita percaya kertas itu bernilai dan pemerintah ada di belakangnya. Itu semua masalah kepercayaan saja," kata Harker dikutip dari CNBC, Kamis (30/11/2017).


Awal tahun ini, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari bersikap skeptis dengan bitcoin ini. Meskipun dia sempat menyebutkan jika teknologi rantai blok atau blockchain memiliki potensi perkembangan yang lebih besar.

Dia menjelaskan blockchain mencatat detail transaksi digital, itu adalah kunci dari perdagangan bitcoin yakni sistem pembayaran secara online.

Hingga berita ini diturunkan CNBC, Fed New York belum memberikan informasi tambahan mengenai ucapan Dudley.

Empat Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Blockchain

Empat Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Blockchain


GI (GovInsider) menjelaskan bagaimana mata uang digital berpotensi untuk menghilangkan korupsi dan juga bank sentral.
Istilah ‘cryptocurrency’ memang terdengar seperti sebuah kata yang berasal dari film James Bond terbaru. Namun Bitcoin—mata uang digital terbesar dan terpopuler di dunia—bukanlah sebuah fantasi belaka. Bahkan faktanya, teknologi yang bergerak di belakang Bitcoin ini dapat mengubah cara kerja pemerintah.
Bitcoin telah melahirkan sebuah metode unik untuk mencatat semua transaksi keuangan yang terjadi tanpa perlu mengandalkan sistem perbankan yang ada. Teknologi tersebut dikenal dengan nama ‘Blockchain’. Tidak peduli seberapa berhasilnya mata uang digital ini, teknologi yang menggerakkannya itulah yang sangat penting. Salah satu menteri di dunia bahkan menyatakan bahwa Blockchain dapat membuat bank sentral dianggap sebagai sesuatu yang kuno atau tidak dibutuhkan lagi.
GovInsider menuliskan sebuah penjelasan singkat yang menyebutkan empat hal penting mengenai Blockchain yang perlu diketahui oleh para pejabat pemerintahan.
  1. Apa itu Blockchain?
Bank mencatat semua transaksi finansial yang mereka lakukan di dalam sebuah ‘buku besar’ (atau ‘ledger’). Berpuluh-puluh tahun yang lalu, buku besar ini mungkin berbentuk ratusan buku tua yang sudah berdebu. Setiap kalimat baru yang muncul di dalam buku besar merupakan catatan transaksi yang baru terjadi. Catatan-catatan ini sekarang sudah didigitalkan, namun buku besar tersebut masih dimiliki dan dikontrol oleh suatu bank.
Blockchain itu unik karena buku besar yang ini tidak dikelola oleh satu organisasi atau pihak tertentu. Sebaliknya, catatan buku besar ini disebarluaskan secara publik dan dikelola oleh ribuan komputer di dunia dalam waktu yang bersamaan. https://blockexplorer.com/ —coba cek, isinya sangat menakjubkan.
Buku besar yang dapat diakses dan dikelola oleh publik ini adalah kekuatan utama Blockchain. Setiap komputer yang terdapat di dalam jaringan dapat membuat catatan baru tentang transaksi yang baru terjadi, jelas Oscar Darmawan, Direktur Utama dari Bitcoin Indonesia. Ketika transaksi sudah dicatat di dalam buku besar global ini, sangat mustahil bagi siapapun untuk menghapus catatan transaksi tersebut.
  1. Mengapa hal ini penting?
Blockchain membuat transaksi pembayaran dapat terjadi dan tercatat tanpa menggunakan buku besar yang dikelola oleh sebuah bank. Awalnya, hal ini memang penting bagi Bitcoin (mata uang pertama yang beredar menggunakan teknologi tersebut) saja, namun kini teknologi buku besar tersebut mulai dapat digunakan dan diaplikasikan untuk apapun.
Seperti yang ditulis oleh seorang venture capitalist terkenal yang bernama Marc Andreessen: “Untuk pertama kalinya, Blockchain memberikan kesempatan kepada seorang pengguna Internet untuk mengirimkan sebuah properti digital yang unik ke pengguna internet yang lain. Transaksi yang terjadi dapat dijamin aman, dan semua orang dapat mengetahui bahwa suatu transaksi telah terjadi dan tidak ada seorangpun yang dapat melawan fakta tersebut.”
Oscar Darmawan bahkan mencatat hari pernikahannya di dalam buku besar Blockchain dengan cara memasukkan janji nikahnya ke dalam sekian banyak transaksi yang terjadi di dalam teknologi tersebut, untuk menunjukkan bahwa janji mereka akan selamanya tercatat di sebuah buku besar digital yang tidak akan bisa diubah oleh siapapun.
  1. Bagaimana Blockchain dapat berdampak pada pemerintah?
Mungkin ucapkan selamat tinggal pada bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve?
Jika sebuah pemerintahan menggunakan Blockchain untuk mencatat segala macam bentuk perjanjian atau transaksi, akan menjadi mustahil bagi seseorang untuk melakukan aksi korupsi, ucap Oscar Darmawan. Tidak ada komputer satu pun yang mampu mengubah transaksi yang sudah tercatat di dalam Blockchain, sehingga “smart contracts” yang menggunakan teknologi ini dapat menunjukkan secara tepat dan detil kemana uang mereka mengalir—yang akan menjadi suatu bentuk akuntabilitas yang jauh lebih baik daripada yang ada sekarang. Sebuah perusahaan tidak akan dapat memalsukan rekeningnya. Semua transaksi pengiriman uang dari lembaga pemerintahan akan tercatat.
Sistem ini juga dapat berdampak pada sistem bank sentral yang ada saat ini, ujar seorang menteri dari pemerintahan Inggris. Berbicara ke Wired Magazine, Menteri  Matthew Hancock mengatakan bahwa “di negara dimana sebuah mata uang membutuhkan bank sentral untuk mengatur peredarannya dalam rangka mengelola perekonomian negara, bank sentral pasti dibutuhkan… Namun yang paling penting, ketika masyarakat sudah bisa membayar satu sama lain dengan mata uang yang tidak terhubung dan terpaku pada lokasi geografis suatu negara tertentu, maka kebutuhan akan bank sentral juga pasti akan berkurang.”
  1. Apa yang sedang terjadi di kawasan mengenai hal ini?
Terdapat tiga sektor yang cukup menarik untuk dibahas. Yang pertama adalah sektor startup (perusahaan baru). Pemerintah Singapura memiliki cita-cita besar untuk menjadikan negaranya sebagai pusat ‘FinTech’ (Teknologi Finansial) di kawasan Asia. Contohnya, IDA telah memberikan modal yang cukup besar untuk mendukung Toast—perusahaan yang membantu para tenaga kerja asing untuk mengirimkan uang antarnegara menggunakan aplikasi dan EZLink train card mereka. Semua transaksi dijamin berjalan aman karena terdaftar di dalam Blockchain.
Sektor kedua adalah pemerintah. Otoritas Keuangan Singapura baru saja selesai membangun sebuah laboratorium FinTech yang akan memonitorisasi perkembangan terbaru dari teknologi-teknologi yang bergerak di bidang pembayaran dan mempertimbangkan utilitas mereka.
Sektor ketiga, dan yang paling jelas, adalah lembaga-lembaga perbankan itu sendiri. Banyak di antara mereka yang sudah punya laboratorium mereka sendiri, dan banyak juga yang sudah berinvestasi di startup-startup baru yang kian bermunculan di bidang FinTech.
Blockchain adalah sebuah teknologi baru, sehingga potensi sebenarnya yang dimiliki teknologi tersebut baru akan muncul seiring berjalannya waktu. Ketika Internet baru pertama kali ditemukan, siapa yang dapat memprediksi bahwa dampaknya ke dunia global akan sebesar ini? Sebagian besar perkembangannya memang dibantu oleh adanya dukungan internasional untuk World Wide Web.

Pendapat Dunia tentang Bitcoin



“[Mata Uang Virtual] dapat memegang janji jangka panjang, terutama jika inovasi ini mempromosikan sistem pembayaran yang lebih cepat, lebih aman dan lebih efisien.”
Ben Bernanke, Chairman Bank Sentral Amerika Serikat

“Virgin Galactic adalah bisnis teknologi yang berani. Ini membawa sebuah revolusi dan Bitcoin melakukan hal sama ketika datang untuk menciptakan mata uang baru. ”
Sir Richard Branson, Pendiri Virgin Records, Virgin Galactic, dan 400 + bisnis lain

“[Bitcoin] merupakan perkembangan yang sangat menarik, ini mungkin akan menjadi mata uang dunia. Saya pikir selama dekade berikutnya Bitcoin akan tumbuh menjadi salah satu cara yang paling penting untuk membayar dan mentransfer aset. ”
Kim Dotcom, CEO MegaUpload

“Bitcoin adalah prestasi yang luar biasa dari kriptografi, sebuah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang tidak dapat diduplikasi di dunia digital memiliki nilai yang sangat besar”
Eric Schmidt, CEO Google

“Uang adalah sebuah bentuk kesepakatan bersama. Jika cukup banyak orang menyetujui suatu hal yang sama, barang yang mereka sepakati menjadi hal tidak penting, apakah itu hewan ternak, emas, berlian, kertas, atau hanya kode. Sejarah membuktikan semua kasus ini untuk menjadi kenyataan. Siapa yang tahu bagaimana masa depan akan menyarankan kepada kita bagaimana bentuk uang, setelah kita sekarang melihat mata uang digital sebagai biasa? ”
S.E. Sever, Writer

“Ini akan ada dimana-mana dan dunia yang akan harus menyesuaikan. Pemerintah seluruh dunia harus menyesuaikan diri nya kembali ”
John McAfee, Pendiri McAfee

“Saya memahami konsekuensi politik yang dapat ditimbulkan oleh bitcoin dan saya berpikir bahwa pemerintah tidaklah harus mengatur Bitcoin dan Bitcoin sendiri seharusnya menjadi legal.”
Ron Paul, anggota Kongres dari Partai Republik Texas dan mantan calon Presiden AS

“Para ekonom dan wartawan sering terjebak dalam pertanyaan ini: Mengapa Bitcoin memiliki nilai? Dan jawabannya sangat mudah. Karena hal ini berguna dan langka. ”
Eric Voorhees, co-founder Coinapult

“Ini uang 2.0, suatu hal yang sangat amat besar.”
Chamath Palihapitiya, ex kepala  AOL Instant Messenger

“Sekarang ini Bitcoin terasa seperti adanya Internet sebelum internet browser diciptakan”
Wences Casares, Pendiri Banco Lemon

“Bitcoin mungkin TCP / IP uang.”
Paul Buchheit, Pencipta Gmail

“Saya sangat tertarik dengan Bitcoin. Bitcoin memiliki semua tanda yang saya sukai. Sebuah pergeseran paradigma, hacker menyukainya, namun justru diejek sebagai mainan. Sama halnya dengan mikrokomputer. ”
Paul Graham, Pencipta Yahoo Store

“Saya pikir Bitcoin adalah mata uang digital yang memiliki potensi untuk melakukan sesuatu seperti mengubah dunia.”
Peter Thiel, Cofounder of Paypal

“Saya sangat suka Bitcoin. Saya memiliki Bitcoins. Ini adalah suatu tempat menyimpan investasi, suatu bentuk akuntansi yang terbuka. Ini adalah tempat yang bagus untuk menempatkan aset, terutama di tempat-tempat seperti Argentina dengan inflasi mencapai 40 persen, di mana $1 saat ini bernilai 60 sen dalam setahun, dan mata uang pemerintah tidak mempunyai nilai mata uang yang kuat. Ini juga merupakan sarana investasi yang baik jika Anda memiliki selera untuk risiko. Tapi Bitcoin tidak akan benar-benar menjadi mata uang sampai nilai naik turunnya melambat. ”
David Marcus, CEO Paypal

“Bitcoin merupakan ancaman signifikan terhadap dominasi mata uang Amerika Serikat, yang merupakan satu-satunya hal yang menopang status Amerika Serikat sebagai negara adidaya di seluruh dunia.”
Rick Falkvinge, IT Pengusaha, Politikus.

“Kriptologi merupakan masa depan privasi dan dengan implikasi itu Bitcoin juga merupakan masa depan uang, dan masa depan perbankan serta keuangan.”
Orlin Grabbe, Ekonom, Penulis Prolific

“Langkah berikutnya dalam evolusi manusia adalah bisa menaruh kepercayaan kepada satu dengan yang lain, bukan kepada penguasa atau politisi mereka.”
S.E. Sever, Writer

“Saya pikir Bitcoin adalah konseptual dan membantu langkah besar ke depan.”
Godfrey Bloom, Pemimpin Politik

“Saya melihat Bitcoin sebagai salah satu hal terbesar untuk berpotensi mengurangi kekuasaan negara dan mengangkat kekuatan setiap warna negara untuk … selamanya mungkin.”
Zander Marz, penulis “Beyond Pemerintah Haunted World”

“Inilah yang kami tunggu-tunggu, ini adalah saat cyberchryst. Ini adalah saat dimana para aktivis yang tidak menyetujui sistem sentral bank US (FED) akan menang. ”
Max Keiser, Wartawan

“Swift suatu hari nanti pasti bisa bertransaksi dengan bitcoin sebagai mata uang jika bank menawarkan rekening di bitcoin”
Gottfried Leibbrandt, CEO SWIFT

“Jadi bitcoin adalah mata uang para kaum digital dunia internet …”
William Shatner, aktor terkenal karena peran utama dalam Star Trek TOS

“Emas adalah cara yang bagus untuk melestarikan kekayaan, tetapi sulit untuk bergerak. Anda memerlukan beberapa jenis alternatif dan Bitcoin sangat cocok untuk itu. Aku tidak terkejut melihat itu terjadi. ”
Jim Rickards, Amerika Pengacara, Ekonom dan Investasi Banker

“Anda tidak bisa menghentikan hal-hal seperti Bitcoin. […]. Ini seperti mencoba untuk menghentikan mesiu. ”
John McAfee, a British-American Computer Programer and Founder of McAfee Inc.

“Ini emas untuk pengguna internet”
Stephen Colbert, penulis Amerika, pelawak, pembawa acara televisi, aktor

“Sementara waktu ini janji kebebasan yang diberikan Bitcoin masih berupa ilusi, itu salah satu yang akan selalu ada dalam pikiran manusia – mimpi menemukan semacam jimat, seorang penguasa yang baik hati atau sebuah teknologi baru yang ajaib, yang dapat melindungi kami dari kekuasaan dan kejahatan satu dengan yang lain. ”
John Gray, Political Philosopher and Author of “False Dawn: the delusions of global capitalism”

“Apa yang tidak bisa membunuh Bitcoin, membuat (kami) lebih kuat.”
Mark Wittkowski, pemasar online, pelatih dan pelopor dalam memimpin generasi online.

“Kami telah memilih untuk menaruh dan mempercayakan sistem keuangan pada kerangka matematis yang bebas dari politik dan kesalahan manusia.”
Tyler Winklevoss, Pengusaha

“Saya penggemar berat Bitcoin … Peraturan peredaran uang perlu dijauhkan dari politik”
Al Gore, mantan Wakil Presiden AS dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian

“Ada 3 era mata uang: Basis Komoditas, Basis Politik, dan sekarang, Basis Matematika ”
Chris Dixon, Teknologi Investor

“Bitcoin adalah pencapaian teknologi yang luar biasa”
Bill Gates, pendiri Microsoft

“Jika kita ingat, 15 tahun yang lalu jika Anda melakukan sesuatu di Internet Anda akan menjadi seorang jutawan. Saya pikir itu bisa sama dengan Bitcoin. ”
Jered Kenna, CEO Trade Bukit

“Ini mungkin bentuk paling murni dari suatu demokrasi yang ada di dunia yang pernah dikenal, dan untuk hal itu saya senang bisa berada di sini untuk melihatnya berkembang”
Paco Ahlgren, Analis Keuangan di Wi-Fi Alliance

“Dengan mata uang digital berdasarkan bukti kriptografi, tanpa perlu percaya perantara pihak ketiga, uang bisa lebih aman dan lebih mudah untuk transaksi”
Satoshi Nakamoto, Bitcoin Developer

“Bitcoin adalah awal dari sesuatu yang besar. Mata uang tanpa pemerintah, sesuatu yang diperlukan dan penting”
Nassim Taleb, sarjana dan ahli statistik

“Bitcoin adalah berdasarkan supply terbatas, pertama yang seperti ini, dalam skala global, sukarela, desentralisasi mata uang digital terbuka dan jaringan pembayaran yang memungkinkan langsung, peer-to-peer, tanpa batas, pseudo-anonim, hampir instan, dan tanpa ada kemungkinan chargeback. Mata uang pertama dan sistem keuangan di dunia yang tidak memiliki resiko counter-party untuk memegang dan mentransfer uang tersebut”
Roger Murdock, Bitcointalk anggota forum

“Bitcoin akan melakukan hal yang sama kepada Bank seperti apa yang email lakukan untuk industri pengiriman pos.”
Rick Falkvinge, pengusaha IT

“Bitcoin adalah penemuan paling penting dalam sejarah dunia sejak internet.”
Roger Ver, Bitcoin Angel Investor

“Setiap orang perlu mengetahui tentang Bitcoin karena mungkin ini salah satu dari perkembangan dunia yang terpenting.”
Leon Louw, Nobel Peace prize nominee

“Saya pikir internet akan menjadi salah satu kekuatan utama untuk mengurangi peran pemerintah. Satu hal yang belum dimiliki tapi itu akan segera dikembangkan, adalah layanan e-cash terpercaya. ”
Milton Friedman, winner of Nobel prize in economics

“Bitcoin sebenarnya memiliki keseimbangan peran dan insentif yang tepat dan itulah sebabnya Bitcoin mulai lepas landas.”
Julian Assange, pendiri WikiLeaks

“Keberhasilan dari bitcoin membuktikan bahwa uang sangat berdasarkanpada kepercayaan. Tidak diperlukan adanya emas maupun obligasi untuk untuk menjadi jaminan dari mata uang. ”
Arnon Grunberg, Writer

“Pemerintah dunia telah menghabiskan ratusan dan bahkan triliunan dolar menebus sistem kuno yang membusuk yang disebut dengan perbankan, ketika solusi untuk masa depan keuangan jelas adalah peer-to-peer. Ini akan membutuhkan sistem mata uang alternatif seperti bitcoin dan itu tidak akan menjadi sistem perbankan yang baru berbeda dengan sistem perbankan sebelum tahun 2008 ”
Patrick Young, analis Keuangan

“Emas adalah cara yang bagus untuk melestarikan kekayaan tetapi sulit untuk bergerak. Anda perlu semacam alternatif dan itu cocok sebagai mata uang. Aku tidak terkejut melihat itu terjadi. ”
James G. Rickards, pengacara Amerika, ekonom, dan bankir investasi

“Bitcoin sedang menuju ke arah sana tapi belum sampai ke sana. Ketika sampai di sana, diperkirakan pemerintah akan panik dan susunan masyarakat akan dibentuk kembali menjadi sesuatu di mana pemerintah tidak bisa mengandalkan sistem perpajakan atau kekayaan untuk membiayai operasional mereka. ”
Rickard Falkvinge, Pendiri Pirate Swedia Partai

“Transaksi Instan, tidak perlu menunggu, tidak ada biaya chargeback (pedagang akan mencintai sistem ini), tidak ada akun yang ditutup (hati-hati Paypal), tidak ada biaya transfer internasional, tidak ada biaya apapun, tidak ada saldo minimum, tidak ada saldo maksimal, seluruh dunia dapat mengakses, selalu terbuka, tidak perlu menunggu jam kerja untuk melakukan transaksi, tidak menunggu untuk account untuk disetujui sebelum bertransaksi, membuka rekening hanya dalam beberapa detik, digunakan semudah email, tidak perlu ada rekening bank, bahkan masyarakat yang sangat miskin dapat menggunakannya, sangat kaya juga dapat menggunakannya, tidak ada mesin cetak, tidak ada hiper-inflasi, tidak ada votes untuk pencetakan utang, tidak ada bank bailout, benar-benar sukarela. Ini terdengar seperti sistem pembayaran terbaik di dunia! ”
Trace Mayer, J.D., a Leading Monetary Expert on Bitcoin and Gold
“Bitcoin itu sama dengan emas, simple – ini adalah emas digital – media terbaik untuk menyimpan aset kita khususnya dinegara yang memiliki inflasi sangat besar seperti Indonesia. Bitcoin yang kita miliki  hari ini akan bernilai jauh lebih besar suatu saat nanti”
Oscar Darmawan, CEO and co-Founder Bitcoin.co.id