Monday, December 11, 2017

10 Ribu Dolar AS: Alasan Nilai Bitcoin Terus Meroket



Bitcoin kembali menjadi headline di media-media dunia. Satu mata uang dengan teknologi kriptografi ini, per Selasa (28/11) lalu mencapai nilai 10 ribu dolar AS (setara dengan Rp 135 juta). Mekanisme penawaran dan permintaan yang tinggi jadi faktor menjulangnya harga Bitcoin di pasar ekonomi.
Mata uang digital yang ditemukan oleh seseorang (atau sekelompok orang) yang mengaku sebagai Satoshi Nakamoto ini pun jadi incaran banyak investor dan pelaku bisnis dunia. Akan tetapi, bagaimana awal Bitcoin bisa menjadi begitu popular seperti sekarang ini?
Sejak kemunculannya di tahun 2009, butuh waktu sekitar 4 tahun bagi Bitcoin untuk mulai diterima masyarakat. Penggunaan Bitcoin mulai marak di tahun 2013 akibat adanya sebuah krisis yang melanda Siprus, sebuah negara kecil yang terletak di Laut Mediterania, selatan Turki.
Penduduk negara Siprus kehilangan kepercayaannya terhadap mata uang konvensional keluaran negaranya akibat krisis ekonomi global yang berimbas pada kesehatan sistem perbankan mereka. Untung menangani ini, pemerintah Siprus melakukan bailout pada sistem perbankan mereka, yang membuat orang-orang dengan tabungan di bawah 100 ribu euro dikenakan pajak yang cukup tinggi.
Akibat peristiwa ini, Penduduk Siprus pun akhirnya berbondong-bondong menukarkan uang yang mereka miliki dengan Bitcoin. Ketika proses bailout kepada Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional telah dimulai, nilai Bitcoin meroket dari 48 menjadi 78 dolar AS.
Sejak saat itu, para investor mulai memberi perhatian khusus terhadap crypto-currency atau mata uang virtual berbasis kriptografi, termasuk Bitcoin. Antusiasme yang diberikan terhadap Bitcoin bahkan mendorong harganya menjadi bersaing dari harga emas.
Pada November 2013 harga Bitcoin kembali melambung. Mt. Gox, satu dari agen pertukaran bitcoin pertama dan terbesar yang berbasis di Tokyo mengumumkan harga satu Bitcoin mencapai $1.242 (atau setara dengan Rp 16.146.000). Sementara di hari yang sama, harga emas menyentuh harga terendah di $1,240 (atau setara dengan Rp 16.120.000) per ons.
Setelah krisis Siprus mereda, harga Bitcoin turun sebesar 70$ di bulan Juni 2013. Hal ini menyebabkan beberapa agen pertukaran Bitcoin menjadi offline untuk beberapa saat.
Namun, kelesuan aktivitas Bitcoin ini hanya sesaat. Pada bulan Oktober 2013, gantian Tiongkok yang menjadi pasar baru di mana Bitcoin menjadi incaran. Permintaan Bitcoin di pasar Tiongkok begitu tinggi, sampai-sampai harganya di bursa pasar menjadi dua kali lipat dibanding harga bursa negara lain.
Kurangnya alternatif mata uang selain Yuan menjadi faktor mengapa Bitcoin amat digemari di Tiongkok. Seperti dikutip dari Forbes, Guillaume Babin-Tremblay, direktur eksekutif dari Bitcoin Embassy di Quebec, Kanada. “Sangat sulit bagi Tiongkok untuk berinvestasi di luar negeri. (Padahal) mereka memiliki gelembung real estate yang tinggi, gelembung pasar saham yang masif, dan tingkat tabungan tertinggi di dunia,” ujar Babin-Tremblay.
sumber: https://kumparan.com/@kumparannews/10-ribu-dolar-as-alasan-nilai-bitcoin-terus-meroket

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung, untuk informasi bisa hubungi saya, nomor handphone: 085641782225 / 0823000063063
whats app: +6285641782225

grup FACEBOOK: https://www.facebook.com/groups/840343149403452/?fref=ts